Zindagi

Zindagi jangan anggap aku sedang curhat yah, aku hanya ingin menyampaikan hikmah dibalik sesuatu walaupun aku harus melakukan pekerjaan melelahkan, menulis panjang lebar. Hfft.. kamu tahu? Aku jelas tidak benar2 apa2 untuk sekedar menuliskan banyak hal karena urusan ini. Tapi aku berusaha untuk hidup senormal mungkin, berubah menjadi lebih baik dan happy setiap harinya. Aku sudah berkali-kali ingin menulis ini, tapi tak pernah berhasil. Alasanya aku merasa aku terlalu berbelit-belit, aku masih harus belajar menyederhanakan kata, karena untuk menyampaikan sesuatu kita lebih butuh kecepatan dan ketepatan agar pesan itu sampai dengan baik dan benar, bukan kata-kata indah sebagaimana puisi yang sukar dimengerti. Aku hanyalah seorang yang tidak terlalu signifikan untuk diterima namun tidak layak untuk ditolak. Kalau bahasanya Sahabat Rasul “Aku tidak sebaik yang kau ucapkan, tetapi aku juga tidak seburuk apa yang ada di hatimu” (Ali bin Abi Thalib, RA) sehingga aku pun demikian memperlakukan orang lain. Tetiba aku ingin membahas ilmu marketing. What..kok gak nyambung? Sejauh ini aku cukup tahu ilmu marketing, ilmu meyakinkan si target agar closing. Masalahnya urusan marketing lebih banyak berbicara pikiran “bawah sadar seseorang’. Oke, kalau hanya barang, jadi ke beli pun tidak ada ruginya asal kantong tebal. Kalau gak sesuai ada service after sales nya, bisa komplain sama si marketer. Tapi kalau yang di marketingkan itu “orang” apa jadinya?? Menikah itu jelas butuh kesadaran penuh, bukan hanya karena sekarang lagi diskon 90% off atau besok harga naik, dalam hal ini berupa ketakutan-ketakutan atas dasar sebuah dalil tapi kurang dipaparkan tafsirnya. Aku percaya kok sama teori otak kanan bang Ippho Santosa. Tapi maaf, untuk urusan ini menurutku harus seimbang kanan kiri. Aku setuju banget dengan komporisasi “Nikah Dini”, siapa sih yang gak mau nikah cepet, tapi balik lagi, nikah bukan lomba lari atau lomba lulus, cepet-cepetan, karena kondisi tiap orang berbeda. Jadi kamu merasa terbohongi dengan marketing gitu? Zindagi bukan begitu maksudku. Sudah berapakali aku tulis diblog sederhana ini, boleh dibilang aku bisa meyakinkan hati konsumenku sampai benar-benar closing, tapi untuk orangtuaku sayangnya itu tidak berlaku. Mereka lebih banyak “kasihan” kepadaku daripada yakin atas copywriting ku. Menyedihkan bukan? Mereka itu tergolong sering berselisih pendapat, dan ayahku lebih sering mengalah dengan hebat, tapi untuk urusan yang satu ini entah mengapa jawaban mereka kompak sekali. Itu artinya “dzaalikal amr laa raiba fiyh”. Zindagi, kamu tahu istilah “Bisyarah?”, oke mungkin ini ketinggian untuk orangtuaku yang biasa saja, gak solih-solih banget. Sebut saja feeling. Aku yakin feeling orangtua itu 90% benar daripada feeling orang lain, jelaslah. Kata guru spiritualku yang super cool ini (ceileh, MR maksudnya), beliau bilang meskipun orangtua kita biasa saja bukan ustdadz ataupun waliyullah, tapi merekalah orang yang paling IKHLAS terhadap kita sehingga feelingnya nyaris selalu tepat.. Seperti aku yang merawat moka, aku ikhlas dia mogok tengah jalan, bocor ban dll, semua hal menyebalkan itu menimpaku, aku ikhlas dan tetap berusaha mengusahkan yang terbaik, sehingga Allah kasih aku feeling yang selalu nyaris benar tentang moka, bukan berarti aku orang soliha banget gitu. oleh karena itu aku harus hati-hati menjaga feelingku kepadanya. See? Intinya, feeling itu sesuatu yang sulit untuk dijadikan alasan ilmiah, tapi sangat bisa diandalkan untuk bisa mengambil keputusan. Lalu, memangnnya kamu tidak cukup baik? Tidak semua yang baik bisa cocok, contohnya Tarbiyah dan HTI, sama-sama baik tapi tidak bisa menyatu, bahkan ada dua temanku sama-sama tarbiyah tapi karena beda karakter ya jadinya selalu berselisih. Make it simple aja. Orangtuaku memang sederhana baik pikiran maupun keinginannya, tapi justru kesederhanaan itulah yang sulit aku wujudkan. Orangtuaku sudah banyak mengalah dengan semua keputusanku selama ini, mulai dari merantau sekolah dimana, kuliah dimana, jurusan apa dll, mereka tidak sekalipun menentangku. Aku tau mereka ingin aku jadi dokter, lalu hanya karena ketakutanku pada darah padahal aku suka biologi, lalu aku tak mengusahakannya, malah masuk biokimia, sedikit menyesal sih awalnya. Padahal teman-temanku yang menurutku biasa saja (maksudnya males-malesan gitu kalo pas di sekolah), mereka masuk-masuk aja di jurusan kedokteran, meskipun hanya di universitas ecek-ecek (yang penting jurusan KEDOKTERAN) maaf ya bukan bermaksud sombong, tapi hanya sedikit kesal. Lalu bisakah sekali saja untuk urusan yang ini aku mengalah? Aku tahu, keputusanku untuk mundur akan menyakitkan bagi pihakmu, mencoreng integritasku begitu juga orangtuaku. Maafkan aku yang sok mau mengusahakan untuk goal, dasar marketer! maafkan aku jika jatuhnya aku menjadi PHP. Bagaimanalah ini, orangtuaku sudah mengetuk palu.

Maaf bila menurutmu aku tidak berpikir panjang dan ini tidak adil bagimu, yang jelas aku terus berpikir keras setahun lebih ini. Kamu boleh menyalahkanku semaumu tapi jangan salahkan kedua orangtuaku. Karena sedari awal aku harusnya gak usah ngeyel sok mau mengusahakan agar goal, jatuhnya hidupku benar-benar tidak tenang yang sedikit banyak berpngaruh terhadap studiku, hidupku macam dikejar-kejar debt collector, terutama terhadap sahabatmu, setiap hari aku semakin tidak enakan terhadapnya dan keluargamu, tapi aku juga tidak mau mengobral janji tentang sesuatu yang belum jelas. Apalagi ini menyangkut masa depan. Kalau hanya urusan pilihan kampus, jurusan dll orangtuaku sudah banyak mengalah maka khusus untuk urusan ini aku benar-benar tidak mau membantah.

Jadi semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi berharga bagi banyak orang. Bahwa tidak ada manusia yang sempurna, maka jangan pernah memaksakan pilihan orang lain sebagaimana orang lain tidak pernah bisa memaksamu untuk berubah. Hidup normal lah seperti biasanya, sederhana untuk dunia jor-joran untuk akhirat tapi tetap bahagia dunia akhirat. Oiya, btw kalau kamu merasa tidak adil, tenang saja Allah sudah membalasnya, dengan orangtuaku gagal umroh, mereka sudah menyewa travel, walimatussafar dll tapi rupa-rupanya semua itu gagal. Jadi aku pikir ini sudah impas. Semoga kamu mengerti. Ini masalalu yang cukup menyedihkan sekaligus memalukan, tapi aku cukup lega tulisan ini tertuliskan.

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar