Knot(w) your self

ilustrasi-kapal-pesiar-mewah

“Know your self first!” itu kata-kata Naina kalau dia lagi bener, haha.

Dengan karirnya yang sudah melesat di bisang arsitektur, dia sangat pantas mengajariku pelajaran kehidupan. Terkadang aku antara malu dan iri, kenapa aku dulu tidak bekerja saja., lanjut S2 itu capek di segala sisi. Kamu belum konkrit, ini masalah klasik kejar-kejaran antara umur dan cita-cita. Kamu belum mandiri finansial, masih minta ortu sedangkan teman-temanmu sudah melesat karirnya kemana-mana. It’s Ok kalau kita memang beasiswa, tapi yang lain sudah bisa memberikan sebagian penghasilnya untuk membantu keluarga, kamu belum. Usia kamu hampir ¼ abad, tapi kamu belum lulus, lantas kamu merasa doing nothing dll.

“Omoo,,stop,,stop! What are you thinking, dear?”ucapnya setengah berteriak, ia sontak mengangkat kedua telapak tangan untuk menutup telinga.

“Tidak ada keputusan yang salah, karena setiap keputusan kita Allah juga yang menggerakkan hati kita, bukan?”bernafas  sejenak,  “Yang salah adalah keputusan yang diputus tengah jalan. Kalau kita sudah memutuskan sesuatu, maka totalitaslah dalam menjalankannya, just finish your start. Dear” “know your self dear, didunia ini tidak banyak orang yang punya dan berani mengambil keputusan atas takdirnya, kebanyakan hanya follow your desitiny aja. Entah kemana kehidupan membawanya, bukan dia yang membawa kehidupanya. Sedang kita? bersyukurlah, setidaknya kita sudah memulainya, dengan itu maka kita telah memiliki harapan akan suatu kemungkinan, sehingga tugas kita sekarang adalah memperbesar kemungkinan itu sendiri dengan semaksimal usaha dan seoptimal doa kepada sang penggenggam harapan” papar Naina sungguh-sungguh. Dia tidak mau sahabatnya menyimpan benih-benih dengki sekecil apapun. Padahal dalam beberapa moment, dia juga berkata ingin sepertiku, melanjutkan study karena boring dengan jobnya, terlebih saat dikejar deadline proyek.

Manusia selalu minta orang lain untuk dimengerti, tetapi kenyataannya mereka bahkan tidak mengeti diri mereka sendiri.

***

Tidak ada hal manual yang lebih menarik selain kasih sayang. Dulu aku selalu excited saat mendapat surat dari sahabat jauh, lalu adanya sms, WA dan berbagai platform chatting lainya membuat sebuah pesan terasa begitu hambar. Kealamian sebuah rasa juga mempengaruhi ahlul baitnya. Teorinya, semakin alami sesuatu maka ia diyakini semakin baik. dan begitu juga kasih sayang yang tumbuh antar sahabat. Mungkin ia tumbuh bukan dari kata-kata manis atau dari traktiran-traktiran rutin. Tapi ia bisa jadi tumbuh dari ledekan-ledekan usil juga kadang dari totalitas pengorbanan yang mengharukan. Aku bilang “kadang” karena sebisa mungkin kita mandiri, bukan menggantungkan diri pada sahabat kita.

Kau mengukurku dengan satuan knot, sedangkan aku mengukurmu dengan satuan ATP. “DASAR LAMBAT” katamu, di suatu hari.  Hanya 2 kata yang di layangkan oleh jempolmu, cukup membuat kelenjar adrenalku terganggu, hormon kortisol menurun, bad mood!

“Kecilin tuh perut!  yang suka makan siapa, yang gemuk siapa? Ckck” jawabku puas, seketika homon dopaminku kembali teraktifkan. Enak saja, tidak ada yang berhak merusak mood kita selain diri kita sendiri, kalau Allah mah tinggal kun fa yakun. Apa jadinya kalau baru jam 8 pagi mood kita sudah rusak oleh hanya 2 kata?

Kecepatan penelitian memang tidak ada satuannya, tapi si tengil itu, Naina, selalu mengibaratkannya dengan satuan knot. Satuan kecepatan jarak yang di tempuh oleh kapal saat berlayar. Padahal kalau searching di gugel  Knot itu adalah pengukuran kecepatan dalam mil laut per jam. Mil itu sudah jauh jaraknya, bukan lagi meter apalagi cm. Sepertinya dia keusilannya kambuh lagi, padahal beberapa jam tadi ia bijak sekali menasehatiku dengan “know your self, Ly..jangan sekedar follow your destiny” hufft, “whatt,,bahkan kata-kata bijaknya lebih volatil dari eter” keluhku dalam hati.  Dia berpikir rasanya setiap kali melihat kapal kok kayak lambat sekali. Padahal penumpang, dan awak kapal merasa itu sudah cukup cepat. Maksimal kecepatan kapal pesiar itu entahlah berapa knot. Heii aku bisa aja super ngebuttt, tapi aku juga harus mempertimbangkan bahan bakar kapal, agar tidak habis di tengah lautan.   Begitu juga dengan penelitian, kita yang melakukan rasanya banting setir, kerja rodi abis-abisan, berangkat jam 6 am pulang jam 6 pm. Beuh, lalu bagaimana reaksi penonton.

“Aduuh, ly, buruann, katanya mau konkrit tahun ini, udah ganti tahun lho!inget umur vroh! “

“apa pulak ini??”

Huuuh,, pengin aku siram HCl campur H2SO4 ke mulutnya saat itu juga rasanya, untung aku masih sadar, gitu2 dia sahabatku, hm..

Kita memang terbiasa saling menghujat kompor, dengan niat baik tentunya, memotivasi haha. Tapi apa daya, tidak semua sisi baik dari sesuatu yang terkirim ke target dapat diterima oleh sisi yang sama baiknya. Artinya ada banyak hal yang mempengaruhi sebuah pesan tersampaikan dengan selamat kepada target. Terutama mood.

Beda lagi inih kalao yang memotivasi pembimbing sendiri

“Ly, kamu tinggal berapa lama lagi disana? Kamu beasiswa apa mandiri? Nyicil tulisan ya dari sekarang , biar cepet lulus, cepet kerja, cepet semuanya lah.

Disana lagi buka peluang gak? Kamu kerja disana aja,

Duh..duh, enggakk deh pak, cukuup sampai disini aja.

sedikit menynggung drakor nih, aku suka drama Korea, tapi bukan berarti semua drama aku tonton. Aku hanya akan menonton drama dengan alur cerita yang rumit, bahkan sangat rumit, yang tidak menjadikan kisah cinta sebagai kisah utama, melainkan cukup hanya menjadi pemanis cerita. Karena dengan itu setidaknya saat kita mengalami hal-hal yang rumit dalam kehidupan nyata, kita tidak menjadi stress karenanya, ya udah biasa aja, kita tetap tenang sambil berpikir jernih, syukur-syukur tahu apa yang harus di lakukan. Kenapa? Karena se analisis amatiranku, tokoh2 protagonis maupun antagonis dalam drakor selalu bersikap se tenang mungkin (walaupun aku tahu dalam hati pasti gelisah gak karuan) pokoknya keep selow aja  lah, nanti juga ada endingnya haha. Dulu sempet mikir, kenapa drama itu bagus padahaal ceritanya begitu-begitu aja. Perebutan kursi presiden lah, intrik politik antara penguasa dan pengusaha ditambah konflik keluarga yang bikin broken home lah. Konfilk berlapis-lapis yang sebenarnya itu-itu aja, masih lebih enak lapis Bogor malah haha. Baru-baru ini aku dibuat paham pas ada materi tentang skenario di pertemuan FLP Bogor.  Ooh gitu toh, ternyata mereka punya teknik sinematografi yang bagus, sehingga aktifitas biasa terkesan luar biasa. Mereka juga totalitas dalam berakting. Mayoritas artis-artisnya memang dari jurusan terkait perfileman.

Jadi intinya,,know(t) your self! Segala kerumitan hidup, kita harus “know” dan “knot” artinya keep calm, slow  but fast. mungkin hidup kita terkesan biasa saja, tapi belajarlah sinematografinya,  ambil sudut pandang terbaik sehingga meskipun terkesan kekunoan, kita akan selalu mendapati kekiniannya. ^^

 

4 pemikiran pada “Knot(w) your self

  1. Dalam hidup lita bermain soal sudut pandang. Sudut pandang apa yang diambil, itulah yang akan membawa kita ke kebahagiaan kah, kejengkelan kah, kebosenan kah, keruwetan kah. Kayak tulisannya Cak Nun, dalam hidup tidak perlu sibuk ‘menjadi’, tapi sadar akan tugas dan kewajibannya masing-masing. Itulah sejatinya manusia. Heuheu

    Suka

Tinggalkan komentar