A Quarter Life Crisis

“Duuh,, umurku udah 24 tahun, dan aku merasa aku belum melakukan apa-apa hiks, hidupku berasa gak working banget”.

Pernah ngerasa gitu gak dears?

Itu saya banget waktu umur saya 24 tahun, emang sekarang usia udah berapa? ‘hehe masih 24 tahun juga” iya artinya keadaan krisis ini masih sangat berjalan dalam diri saya. Tepat 21 Januari yang lalu, saya memutuskan untuk menghapus info birthday saya di Fb, padahal besoknya milad, bukan apa-apa pengen menghindari ucapan orang-orang aja, eh tapi alhamdulillahnya masih ada orang-orang yang ngucapin sih hehe, jadi terharu.. unch,,unch. Milad tahun ini entah kenapa yang saya rasakan bukanya senang, bahagia  atau sumringah seperti beberapa tahun sebelumnya, tahun ini saya justru merasa sebaliknya, gundah gulana, resah, sedih khawatir dan takut. Bukan urusan menghindari pertanyaan menakutkan “kapan?” tapi entahlah, saya seperti belum melakukan apa-apa atas apa yang saya cita-citakan. Terlalu banyak target hidup yang ingin diraih sebelum menginjak usia 25 tahun, dan sekarang saya sudah di angka 24..ottokee,, #nutupmuka

Kalau beberapa tahun lalu, saat milad adalah saat yang ditunggu waktu itu. saya melakukan hal konyol, rela begadang sampai jam 24.00 hanya untuk memastikan siapa orang pertama yang yang mengucapkan milad ke saya, baik itu di FB atau SMS, iya jaman itu masih pakai sms dan belum ada aplikasi FB yang real time gitu, harus buka laptop dulu dll, ribet. Tapi entah kenapa rasanya sangat membahagiakan, padahal hanya sekedar ucapan, apalagi besoknya siap-siap dapet kejutan kado dari temen se geng, sahabat, dan seseorang yang semi spesial kala itu.

a time goes by..teknologi juga berkembang pesat, kita bisa dengan mudah mengakses berita-berita terkini ataupun kabar berita teman-teman lama kita yang sudah entah berapa lama tidak ketemu. Tidak mesti dari FB, sekarang ada instagram, dan itu lebih working dan efisien untuk mengetahui kabar seseorang hanya dengan melihat history feed nya. eaalah,,ternyata teman-teman saya banyak yang sudah menikah, ada yang sudah punya anak 1-2, ada yang study di LN, buka usaha ini itu, serta lebih alhamdulillah banyak yang dapet hidayah (berpenampilan lebih syari dan tidak pacaran lagi), dan masih banyak lagi. Saya takjub, terharu sekaligus excited. Berhubung saya 6 tahun di Solo, jadi wajar kalau teman-teman saya banyak tersebarnya di area jawa tengah dan jawa timur. Selepas SMA, kami hampir tidak pernah bertemu lagi selama 6 tahun saya di Bogor. Untuk beberapa waktu saya mencoba menjalin komunikasi lagi dengan mereka,.it’s amazing rasanya, yang dulu pas di sekolah gak deket jadi deket, yang dulu tukang ngebully saya, sekarang jadi kayak yang merasa bersalah gitu haha. It means mereka bertambah dewasa dan lebih baik. Alhamdulillah,.

Okay, itu adalah bagian yang menyenangkan. Sedang bagian menyedihkanya sudah pasti ada. celakanya, tanpa sadar saya perlahan-lahan membanding-bandingkan diri saya dengan tema-teman saya.  Mulai dari pernyataan dan pertanyaan sepele “waah cantik banget dedeknya, aku kapan ya? nikah aja belum”, “gila, keren banget kamu Kiki, udah ke keliling dunia, dapet pasangan bule lagi (yang ini sih sedkit basa-basi haha I’m Indonesian Lover lah pokoknya), aku kapan ya? mulai lagi” atau gini “mashaAllah jago banget kamu renangnya, kapan ya aku bisa kayak gitu, kerjaannya semedi di bawah kolam muluk (tenggelam)” huwaaa. Yah seperti itu lah, sesuatu yang kecil teramat sepele tapi ngefeknya beuh, bikin sagala-gala jadi kurang mood ceunah. Tapi beruntungnya saya masih punya lingkungan yang cukup kondusif. Teman-teman di circle saya juga gak kalah hebat ko, bedanya mereka gak begitu show up, mereka itu rich experiences to tell but less stuff to show. Eh bukan berarti yang show up itu salah ya, selama niatnya baik misal untuk memotivasi yang lain agar lebih produktif hidupnya, it’s okay. Tapi untuk lebih menjaga perasaan orang lain mending ya posting yang sekedarnya dan tinggal urusan yang lihatnya aja yang harus tetap jaga hati dari dengki dan tetap berbesar hati. Dan satu hal yang paling membuat saya  segera tersadar adalah dengan “Bersyukur”.  Disclaimer, saya bukan orang yang paling bisa bersyukur atas setiap keadaan, tapi saya akan terus belajar untuk menjadi orang yang bisa bersabar dan bersyukur atas apapun ketetapan Allah kepada saya. Karena itu bagian dari pembelajaran  manajemen emosi agar seseorang menjadi lebih wise menuju ummat terbaik seperti  yang di katakan dalam alquran.

Yuuk aah semangatt lagi..Hwaitinggg!!!

Cuap-Cuap Naina

Ini tadinya mau pake judul “LDR” berhubung akhir-akhir ini banyak banget menemui Relationship Disorder Syndrome (RDS) akibat LDR gitu di sosmed. Yah kalian pasti lebih gahool lah kalo disebutin satu-satu beritanya haha, penulis mah apa atuh, Cuma remah-remah mikrokapsul minyak ikan patin doang haha. Btw silakan simpulkan sendiiri karena ini hanya cuap-cuap.

***

“Kita hanya hidup beberapa dekade saja, jadi mengapa kita harus terpisah? “ dr. Kang Dong Joo

Aku tidak bisa menggambarkan detil perasaan ini. tapi sejujurnya ini pilihan yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam daftar pilihan hidupku.

Faktanya banyak pasangan yang sudah membangun istana cintanya bertahun-tahun, kokoh tak tertandingi, ekstremnya tangga cinta mereka udah mau nyampe surga. tetapi ada saja yang tidak memilih bertahan, melepaskan satu sama lain, padahal secara usia mereka sudah di penghujung senja. Menurut kamu istana cinta mereka kokoh engga? Secara fisik pasti kokoh donk.  Gimana enggak, yang jadi basicnya aqidah, tiangnya kepercayaan, atapnya kesetiaan, sedangkan yang semen, batu-bata dll nya adalah perjalanan yang melahirkan pengalaman. Lalu mengapa salah satu dari mereka  memutuskan untuk “udahan yah, aku capek”. Kalo aku digituin niscaya aku akan bilang “eeeh,,mau kemana kamu? Tinggal 1 anak tangga lagi nih kita bakal sampai Jannah #sambil mata terharu”

Misal jawabanya nyeleneh gini

“enggak ah, aku capek, bangun 1 anak tangga sama kamuu kelamaan, aku mau cari tangga yang lain” #jlebb, lalu kamu akan jawab apa lagi dears?

Kalau aku bakal ngjawen kyak gini

Hidupku dikelilingi dengan banyak kegagalan rumah tangga orang,, sedikit banyak dialami oleh kerabat dan teman dekatku sendiri jadi walaupun aku tidak mengalaminya langsung, tapi aku kamu sungguh bisa merasakannya. Gimana rasanya ceu? Ya gitu deh,, sakiit

Kamu tahu bedanya orang-orang yang termotivasi karena film dan pengalaman? Kita sering lihat kan banyak orang yang secara tulisan kayaknya bijaksana-bijaksini sekali, tapi saat bertemu langsung?? what the hell?? Cendrung berkebalikan dengan apa yang ia tuliskan,,setelah diamati ternyata si mba itu motivated by film jadi ya seharian nonton film, banyak hikmah yang didapatkan secara akal, but less action ya sama aja.  Tapi pas kalo lihat mahasiswa turun langsung ke jalan, rajin berorganisasi, bersosialisasi, mau berempong-rempong ngurusin masalah orang banyak,,naah ini baru konkrit. Trusted  student lah pokoknya haha.

Ya Allah, matangkanlah kami dalam pemikiran,mahirkanlah kami dalam tindakan, dan fasihkanlah kami dalam ucapan

Kalau sepasang manusia bisa sampai menikah karena cinta, lalu mengapa cinta tidak bisa membuat mereka bertahan dalam pernikahan, dan bilang “aku sudah tidak cinta lagi”

#konyol

Kalau keinginanmu belum tercapai maka setidaknya kamu bisa menciptakan kondisi itu di dunia yang lain, dunia paralel. Kamu bisa menjadi apa yang kamu inginkan bukan untuk mengelabuhi atau menipu orang tapi untuk kepuasanmu sendiri

karena hidup ini terlalu banyak hal2 kecil yang sayang u/ di sia2kan oleh hal-hal besar yang membawa kepuasan namun tidak membahagiakan.